Seorang pencuri masuk ke rumah Mâlik bin Dînâr, akan tetapi tidak menemukan sesuatu yang dapat dicurinya. Mâlik bin Dînâr yang mengetahui kedatangan pencuri tersebut berkata kepadanya, “Engkau tidak menemukan harta duniawi yang dapat kau curi? Maukah kau kuberi harta Akhirat?”
“Ya, aku mau,” jawab pencuri tersebut.
“Wudhu dan tunaikanlah shalat sunah dua rakaat,” ujar Mâlik bin Dînâr.
Pencuri itu melakukan apa yang diperintahkan oleh Mâlik, kemudian duduk bersamanya. Beberapa saat kemudian keduanya pergi ke Masjid. Seseorang bertanya kepada Mâlik bin Dînâr, “Siapa dia?”
“Dia datang ingin mencuri, akan tetapi justru kami yang “mencurinya”, ” jawab Mâlik bin Dînâr.[1]
Hikmah Di Balik Kisah
Dalam kisah di atas kita menyaksikan kesantunan Mâlik bin Dînâr ketika memergoki seorang pencuri di rumahnya. Beliau tidak menyikapi pencuri tersebut dengan amarah, akan tetapi dengan kasih sayang.
‘Alî karamallahu wajhah berkata:
مَنْ أَعْطَى مَنْ حَرَمَهُ، وَوَصَلَ مَنْ قَطَعَهُ، وَعَفَا عَمَّنْ ظَلَمَهُ، كَانَ لَهُ مِنَ اللهِ الظَّهِيْرُ وَالنَّصِيْرُ
Barang siapa memberi orang yang tidak memberinya, menjalin hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan dengannya dan memaafkan orang yang menzhaliminya, maka Allâh akan menjadi Pembela dan Penolongnya.
‘Alî karamallahu wajhah berkata:
اَلْحِلْمُ عِنْدَ الْغَضَبِ يُؤَمِّنُكَ غَضَبَ الْجَبَّارِ
Kesantunan ketika marah akan menyelamatkanmu dari amarah Allâh Yang Maha Kuasa.
Habib Muhammad bin ‘Abdullâh Al-‘Aidarûs berkata:
Ketika marah, jagalah dirimu agar tidak mengucapkan atau melakukan sesuatu yang akan engkau sesali dan menyebabkan Allâh Ta’âlâ murka. Jika engkau memiliki kekuasaan, maka bersabarlah, jangan tergesa-gesa membalas. Sebab, Tangan Allâh menguasai tanganmu dan Kekuasaan-Nya pasti mengalahkan kekuasaanmu. Allâh telah memerintahkanmu untuk bersikap santun dan sabar. Bukankah engkau telah mendengar wahyu Allâh Ta’âlâ berikut ini:
اِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُ
“Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik.”
(Fushilat, 41:34)
Jangan sombong dan sewenang-wenang meskipun engkau mampu melakukannya. Sebab, kesombongan adalah milik Allâh Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Barang siapa sombong, maka Allâh akan mengalahkannya.
‘Alî karamallahu wajhah berkata:
جُدْ عَلَى عَدُوِّكَ بِالْفَضْلِ فَإِنَّهُ أَحْسَنُ الظَّفَرَيْنِ
Berbuat baiklah kepada musuhmu, hal itu lebih baik dari dua kemenangan.
Diriwayatkan bahwa dalam salah satu kitab Allâh SWT berkata, “Wahai anak cucu Âdam, ingatlah Aku ketika engkau marah, maka Aku akan mengingatmu ketika Aku murka. Dan tidak akan Kubinasakan dirimu bersama orang-orang yang Kubinasakan. Jika engkau dizhalimi, merasa cukuplah dengan pertolongan-Ku. Sebab, pertolongan-Ku lebih baik daripada usahamu untuk menolong dirimu sendiri.”
Dalam sebuah kitab terdahulu juga disebutkan bahwa Allâh Ta’âlâ berkata, “Barang siapa melakukan sebuah amal tanpa musyawarah, maka amalnya pasti gagal. Dan barang siapa tidak membalas orang yang menzhaliminya dengan tangan, kedengkian maupun lisan, maka dia seorang yang berilmu. Dan barang siapa memintakan ampun bagi orang yang menzhaliminya, maka ia telah mengalahkan setan.”
[1] Adz-Dzahabî, Siyaru A’lâmin Nubalâ`, Dârul Fikr, 1997, Juz.VI, hal.162.
“Barang siapa melakukan sebuah amal tanpa musyawarah,<<< maksudnya apa??
Mungkin maksudnya amal jama’i Kang; amal sosial : bangun jalan, bersih-bersih lingkungan, bangun masjid, dsb.