Wahai saudaraku, susunlah prioritas amalmu. Jangan sampai amalmu cacat karena tidak kamu atur dan letakkan pada tempatnya. Orang-orang yang memperoleh taufik akan memperbaiki, mengatur dan menyesuaikan amalnya. Hati-hati jangan sampai hawâ menyibukkanmu dengan beberapa amal saja. Atau, membujukmu untuk mengutamakan amal yang tidak utama. Perbuatan ini terjadi karena kurangnya ilmu atau karena pengaruh hawâ pada amal.

Seseorang yang mendekatkan diri kepada Allah seperti orang yang hendak membangun sebuah rumah. Langkah awal yang harus ia kerjakan adalah membangun pondasi. Setelah pekerjaan pondasi selesai, barulah rumah tersebut dibangun sesuai urutan dan kelayakan.

Seorang sâlik, pertama kali, harus berusaha mencari nafkah yang halal, atau yang mendekati halal jika yang halal tidak ada. Setelah itu, ia harus menaruh perhatian dan menunaikan semua kewajiban yang ditetapkan Allah Ta’âlâ kepada hamba-Nya dengan sempurna dan dengan cara yang terbaik.

Hendaknya ia mengutamakan ketakwaan. Ia harus melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah Ta’âlâ di mana pun juga, dan tidak sedikit pun menyeleweng. Kemudian hendaknya ia memperhatikan amal-amal sunah dan ketaatan lain yang dianjurkan dengan mendahulukan yang lebih utama.

Seorang hamba hendaknya tahu bahwa ketaatan yang paling utama dan paling dekat dengan keridhoan Allah Ta’âlâ adalah perbuatan baik kepada makhluk yang lemah, misalnya: memberi makan kaum fakir miskin, membantu orang yang membutuhkan, menolong orang-orang yang dizalimi, dan menghibur orang-orang yang sengsara hidupnya (munkasirîn). Setelah itu baru mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah sunah (nawâfil) terutama salat-salat sunah. Dan salat sunah yang paling penting dan mulia adalah salat malam.

Semua waktu di malam hari adalah sangat mulia, terutama satu jam sebelum terbitnya fajar. Sebab, saat itu adalah saat terkabulnya doa. Oleh karena itu, seorang hamba hendaknya memanfaatkan waktu-waktu itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan bersalat, berdoa, membaca Quran, merendahkan diri dan merasa butuh kepada Allah. Seorang hamba hendaknya tidak melewatkan kesempatan itu.

Demikianlah urutan amal yang benar. Seorang hamba harus berhati-hati agar tidak disesatkan oleh hawâ sehingga ia mengutamakan amal yang kurang utama. Pengelolaan amal merupakan asas pokok yang harus diperhatikan, dan juga merupakan metode orang-orang yang memiliki pemahaman (ahlul fahm) tentang Allah Ta’âlâ. Orang-orang ini menyusun prioritas amal dengan menggunakan akal sehat yang bebas dari pengaruh hawâ. Ikutilah jejak mereka, insyâ Allôh kamu akan memperoleh petunjuk.

(Memahami Hawa Nafsu, Îdhôhu Asrôri ‘Ulûmil Muqorrobîn, Putera Riyadi)